ORTUMU

 (Oktober Itu Kamu)

Oktober Itu Kamu
Apa kabar oktober akankah kamu masih seperti tiga tahun yang lalu, atau dua tahun yang lalu, bahkan satu tahun yang lalu ? Selalu setia tatkala kirana menghangati jagad dan sekarang menjadi cerita belaka. Anitya asa dalam asmara, saat jiwa dikalahkan ego dan saat itu ku acuhkan suratmu. Akankah seperti yang dulu, atau bahkan namamu larut berasama ombak yang menyapu namamu saat kutulis seiring perginya sang mentari disore hari, parang tritis pantai selatan tiga tahun yang lalu. Akankah perasaanmu sirna setelah matamu melihat dan telingamu mendengar bahwa aku telah memilih orang lain untuk jadi penggantimu. Bukankah setia itu bertahan ? Kisah ini aku mampu pahami bahwa kesetiaan sejati tidak akan berpaling walau bumi murka pada cahya, dia tetap bertahan bagai pohon yang tetap berdiri ditengah gurun dan selalu setia memberikan keteduhan. Dari mulut manismu aku mendengar kamu sudah memiliki penggantiku. Seketika kelam dan angin lalu mempesiang diriku, tubuhku diam dan sendiri cerita dan peristiwa berlalu beku. Pertanyaan, pertanyaan dan pertanyaan yang selalu aku pertanyakan kepadamu, siapa wanita yang bisa membuatmu lupa akan diriku. Kini aku berbalik mencari berita tentangmu, sedang kamu acuh. Hingga asa mengalahkan jiwa. Dalam diamku kamu memberitahuku bahwa hanya kebohongan yang kamu ucapkan, hingga akhirnya aku mampu bergerak melentangkan tanganku yang tadinya membeku . Sedang kamu acuh, tangan menggerakkan jiwa dengan jiwa dengan sengaja aku mencari tahu melalui adek sedarahmu. Hingga aku mendengar bahwa tiga hari lagi kamu akan wisuda. Tersentak dan terkejut tetdiam membeku, bukan apa-apa . Beratkah memberitahuku ? Atau kamu takut jika aku datang dan membuat kericuhan saat acaramu berlangsung, atau takut jika aku memintamu untuk mentraktir makan karena kelulusanmu yang seperti kulakukan tiga tahun yang lalu. Helloo aku tak sebodoh itu, kini aku sudah pintar aku belajar darimu meski tak sehebat dirimu, kini aku sudah dewasa dan aku sadar bukan lagi siapa-siapamu, tapi tak bisakah kita berteman , atau sebatas adek dengan kakak? Bukankah dulu kamu pernah memanggilku adik ? Kini aku hanya bisa mengarang tulisan yang tak sehebat para penulis ternama, hanya tulisan sederhana yang tercurahkan dari hati yang tergores luka penuh harapan. Tetesan demi tetesan air mata yang menjadi saksi bisu, rasaku hanya bermodal pena dan lembaran kertas. Sedang kamu acuh, pesan demi pesan yang aku rangkai bahkan jari tak mampu menekan satu persatu huruf yang ada diponselku, butuh pemikiran yang sungguh untuk mengirimnya, sedang kamu acuh. Diair yang tenang diangin yang mendayu diperasaan penghabisan segala melaju. Biar semut mengacuhkan manisnya gula, namun aku tetap meradang menerjang. Singkat cerita hingga kita bertemu, dirumah temanku saatnitu tanpa kau tau saat itu aku sedang sendiri karena ku memilihmu saat itu pula aku berharap kembali padamu. Bunga merekah seketika. Ketika kita jalan berdua menuju rumahku, bahkan rumahku masih seperti yang dulu, terbuka lebar bersahabat denganmu, menyakaikan tentang cinta kita. Tiga hari setelah itu seketika ombak marah menerjang karang bukankah karang yang menghiasi namamu. Dengan tenang kamu berkata " aku sudah tidak mencintaimu, bahkan tidak ada lagi perasaan denganmu " tapi kenapa didalam perasaanku didalam lubuk hatiku kamu tidak tergantikan ? Kini bagiku tidak adil, sakitnya perasaanku menyuruhku untuk berpaling darimu hingga aku bisa sepertimu yang mampu melupakanku, hingga dapati laki-laki yang mungkin tidak sebaik dirimu, tidak setampan wajahmu, tidak sepintar otakmu, tapi setidaknya dia membuatku tenang dan sedikit lupa tentangmu. Memang oktober tidak tergantikan bahkan oktober selalu beriringan dengan november, tapi bukankah bulan-bulan yang lain bisa setia mengiringi ? Memang november tidak dapat melangkah kedepan bahkan kebelakang atau berada rapat disisimu, aku sekarang samudera aku sekarang gunung dan aku sekarang api, aku tidak lagi meraih petang yang mungkin yang tak bisa aku tagih. tepat dihari ultahmu tanggal 11 oktober sedang aku hanya mampu berdiam diri do'a dan ungkapan aku curahkan dijauh-jauh hari, tak ada hak lagi buatku memberikan hadiah untukmu, ku kuatkan hati untuk menjadi teman curahan hati tentangmu dari wanita yang saat ini mungkin selalu ada untukmu dan hingga aku tersadar kini oktober telah berlalu dan oktober itu kamu.

Comments

Post a Comment

Popular Posts